Senin, 16 Maret 2009

if you fail to plan, you are planning to fail.....

Ketika kita berjalan2 di sekitar jembatan pasopati, kita bisa melihat anak2 kecil dan muda remaja indonesia duduk2 di pinggir jalan, dan di pusat-pusat pertokoan. Seakan-akan tidak ada hal yang perlu mereka kerjakan atau yang paling berharga selain ngeceng, merokok, maen kartu, melamun, dll. Sepertinya, tidak ada masa depan yang harus mereka siapkan dengan serius

Pertanyaan yang selalu menggoda saya adalah :
Mengapa Martina Hingis usia 17 tahun bisa menjadi juara tenis dunia?
Mengapa Valentino Rossi di Usia mudanya bisa menjadi juara dunia?
Mengapa Lionnel Messi diusia 18 tahun bisa menjadi tulang punggung Barcelona?
Bagaimana Alicia Keys di usia 21 dapat memenangkan sekaligus 5 Grammy Award?
Mengapa setiap hari ribuan orang mendaftarkan paten di Amerika?
Mengapa tiap tahun mobil, sepeda motor dan alat elektronik diimpor dari Jepang?
Mengapa produk teknologi dan jasa lahir di negara maju?

Sebaliknya, mengapa di negara berkembang termasuk Indonesia mulai dari kota sampai desa, pemuda yang berada di Usia Produktif ada jam kerja/sekolah nongkrong di pinggir jalan atau tempat umum dan bahkan tawuran?
Mengapa pegawai atau pekerja kita banyak yang asyik ngobrol atau baca koran pada jam kerja?

Kenapa bisa begituh??

Saya memperhatikan, hal ini adalah (salah satunya) karena sejak usia dini anak-anak masih kurang di"asistensi" oleh keluarga, sekolah, sistem masyarakat dan bernegara untuk mengenal diri, potensi dan merencanakan hidup mereka. Mereka tidak terbiasa merencanakan hidup, menyusun target terukur, dan melangkah tapak demi tapak untuk mencapai tujuannya dalam hidup....

Kita sering melihat di film-film eropa/amerika bahwa banyak anak2 dalam sebuah keluarga diusia 14/16 tahun sudah bekerja paruh waktu di toko atau di restoran kecil... atau dalam sebuah moment halloween mereka menjual permen berkeliling kerumah2... atau dalam liburan musim panas mereka mengadakan "garage sale" didepan rumahnya... hasil kerja mereka ditabung sampai beberapa waktu agar di musim panas, mereka bisa berkunjung dan belajar di kota2 besar atau untuk mengadakan kunjungan ke museum kota lain atau untuk mengembangkan skill mereka dalam menyanyi, bahasa, pengetahuan, dll..

Mungkin adik2 siswa yang rajin berjalan2 di mall, beli film di kota kembang atau nongkrong pinggir jalan itu belum terbiasa atau belum termotivasi, sehingga mereka hanya sibuk dengan lingkaran rutinitas. Kesekolah tiap hari, tapi tanpa pernah dibantu untuk melakukan perenungan. Apalagi perencanaan tentang masa depan yang mereka impikan. Yang banyak dilakukan oleh orang tua dan guru adalah sebatas mengupayakan agar anak mereka rangking dan sukses SPMB/UN. tidak mengherankan jika bagi siswa seolah2 belajar adalah beban dan penugasan orang tua, bukan sebagai bagian dari rencana hidup untuk sukses mereka di masa depan.
Padahal, sejak unsia dini, mereka selayaknya sudah dilatih melihat ke depan, menentukan langkah dalam mengisi masa depan tersebut. Mereka harus ditantang untuk menjadi yang terbaik, "be the best," dan untuk itu pasti ada porsi yang dialokasikan untuk bersantai...

Nah sudah berkeluh kesahnnya,, sekarang kita mulai berencana untuk masa depan



Rencana dan tujuan masa depan yang disertai dengan langkah2 sistematis untuk mencapainya, telah melahirkan orang2 yang berprestasi di bidangnya. Sebaliknya, hidup tanpa rencana telah menyebabkan jutaan pengangguran. Lihat Martina hingis pada usia 17 tahun telah tampil sebagai juara dunia.. pada saat yang sama anak Indonesia masih bermanja-manja diantara jemput sekolah, bahkan latihan pramuka pun masih ditunggi orang tua, malah dibekali makanan berlimpah dari rumah. Akumulasi kerja keras orang2 Amerika telah menyebabkan sampai sekarang ini ekonomi dunia, teknologi, entertainment, dikuasai oleh negara ini. Demkian pula bangkitnya Jepang dan Jerman dari kehancuran Perang Dunia II. Mereka umumnya adalah bangsa yang orang2nya mahir merencanakan hidup...
Untunglah di Indonesia sekarang muncul beberapa contoh menarik: di bidang olah raga ada Angelique Wijaya; Musik ada Sherina; Film ada Mira Lesmana, riri reza... dengan perencanaan yang matang dan konsisten kita berharap kisah sukses orang2 tadi bisa menular kekita.

Salah satunya adalah Perubahan Pola Pikir/ Mindset



Jangka pendek --> Jangka Panjang
Sentralistik --> Desentralistik
Pemerintah --> Masyarakat
Konsumtif --> Produktif
Bergantung --> Mandiri

Asal-Asalan --> Terbaik
Masa lalu --> Masa depan
Negatif --> Positif
Pesimis --> Optimis
Konflik --> Sinergis/team work
Kerja sendiri --> Kerja Team
Cari-cari masalah --> temukan solusi

Nanti lagi yah irfan cerita.... banyak banget soalnya.... to be continue

Kamis, 12 Februari 2009

Perubahan

Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila
anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara
lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila
cara-cara anda baru

Sabtu, 01 November 2008

Keberuntungan

Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan.

Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.

Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.

Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk termans semua.

Siap mulai menjadi si Untung?

Sukses 2

di dunia apalagi di akhirat, tidak ada yang kebetulan atau tiba-tiba. mereka berhasil menemukan titik-balik dari jalan yang mereka yakini dan fokus.
alih-alih penggali sumur, dia tahu ada air tanah bersih di bawah sana karena pengetahuan dan pengulangannya yang ke-1000.
setiap orang pasti bisa meraih apa yang diinginkannya kalau sungguh-sungguh mau merealisasikannya.

Sukses

Orang sukses tidak mulai dari nol. Mereka mulai dari titik di mana orang lain gagal. Kalau orang lain kembali ke nol karena gagal, mereka yang sukses selalu membikin lompatan baru ketika kurva-nya baru mau bergerak ke nol.

Selasa, 21 Oktober 2008

HEHE

SAKITNYA SAKIT BANGET........

List Film One Piece

Episode 331 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 332 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 333 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 334 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 335 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 336 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 337 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 338 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 339 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 340 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 341 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 342 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 343 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 344 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 345 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 346 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 347 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 348 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 349 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 350 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 351 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 352 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 353 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 354 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 355 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 356 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 357 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 358 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 359 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 360 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 361 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 362 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 363 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 364 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 365 || Rapidshare || BizHat ||
Episode 366 || Rapidshare || Easy-Share || Megaupload ||
Episode 367 || Rapidshare || Easy-Share || Megaupload ||
Episode 368 || Rapidshare || Easy-Share || Megaupload ||
Episode 369 || Rapidshare || Easy-Share ||
Episode 370 || Rapidshare || Easy-Share || Megaupload ||
Episode 371 || Rapidshare || Easy-Share || Megaupload ||
Episode 372 || Rapidshare || Easy-Share || Megaupload |