Rabu, 18 Juni 2008

HATI2 MENGKONSUMSI JAMU-JAMUAN DAN OBAT-OBAT ANTI NYERI

Mmmm hari minggu kemaren, saya lagi jaga UGD ada beberapa kasus yang menarik perhatian saya terutama pasien-pasien yang datang dengan keluhan muntah darah dan BAB hitam (Hematemesis et melena), ada sekitar 3 pasien wanita usia tua yang sama2 muntah darah… eh eh taunya setelah saya nanya2 tentang perjalanan penyakitnya ternyata mereka sama-sama suka minum jamu dan obat anti nyeri…..

Nah teman, saya mau ngingetin kalo jamu2 yg lagi beredar dipasaran sekarang ternyata setelah diteliti banyak mengandung obat corticosteroid jadi kandungan herbalnya sendiri malah sedikit, obat ini dianggap sebagai obat dewa karena mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit tapi dengan efek samping yang sangat banyak pula termasuk sakit maag (ulcus peptic dan gastritis). Nah ga heran kan kalo seseorang minum jamu merek tertentu langsung segar, rasa sakitnya hilang, nafsu makan tinggi, berat badan bertambah, pokoknya menyebabkan jamu tersebut laku dipasaran karena keampuhannya. Hal ini karena kandungan obat corticosteroid ini yang sangat banyak.Bila kita terus2an makan tuh obat maka kemungkinan lambung kita bocor pun semakin besar sehingga bisa menimbulkan muntah darah dan BAB hitam… obat-obat anti nyeri yang sering dijual diwarung2 pun mempunyai efek samping yang membahayakan lambung kita dan bisa menyebabkan gastritis, ulkus peptikum, bahkan sampai terjadi kebocoran lambung…

Buat masukan dan konsultasi kesehatan boleh kirim ke email saya yah….

Senin, 16 Juni 2008

SYAIR UNTUK WANITA !!?

Suami yang menikahi kamu,

Tidaklah semulia Muhammad SAW,
Tidaklah setaqwa Ibrahim, Pun tidak setabah Ayub,
Ataupun segagah Musa, Apalagi setampan Yusuf,
Justru suamimu adalah pria akhir zaman, yang punya cita-cita membangun
keturunan yang soleh....

Pernikahan ataupun perkawinan,
Mengajarkan kita kewajiban bersama.

Suami menjadi rumah, kamu perabotnya,
Suami menjadi pembalap “off road”, kamu navigatornya.
Suami bagaikan komputer, kamu adalah motherboardnya,

Saat suami menjadi raja, kamu nikmati anggur singasananya,
Seketika suami menjadi racun, kamulah penawar obatnya.
Seandainya suami pengemudi yang mengebut, Sabarlah memperingatkannya....

Pernikahan ataupun perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa,
Untuk belajar meniti sabar dan ridha,

Kamu bukanlah Khadijah,
Yang begitu sempurna di dalam menjaga,
Pun bukanlah Hajar,
Yang begitu setia dalam sengasara.
Kamu wanita akhir zaman,
Yang berusaha menjadi solehah....
Amien.

ISTIKHARAH dan MUSYAWARAH

Orang dengan pikiran berliku – liku tak pernah sungguh – sungguh mengenali lawannya. Ia seperti pemburu yang mengejar rusa tanpa melihat gunung – gunung di sekelilingnya.

Eiji Yoshikawa.

Mengambil keputusan dengan ISTIKHARAH dan MUSYAWARAH

Untuk mengambil keputusan penting (kerjaan, jodoh, sekolah) sebaiknya kita harus memadukan istikharah dengan musyawarah, sebab adakalanya istikharah kita kurang sempurna dan lagi akal kita pun begitu. Pendapat sendiri bisa keliru dan pikiran pribadi bisa tersesat.

“Orang berakal sebaiknya menyerap pendapat orang – orang yang berilmu dan menggabungkan akalnya dengan akal orang – orang yang bijaksana”


“Muslim yang paling berbahagia ialah apabila dia senantiasa melakukan istikharah kepada Rabbnya (Allah SWT) dalam urusan apapun juga, dan bermusyawarah dengan orang – orang yang bijaksana. Maka menggabungkan istikharah dengan musyawarah ini merupakan kesempurnaan hikmah, pemahaman, dan keselamatan”


Akh/ukh, sebaiknya kita ga usah membuat susah diri sendiri. Jangan sampai kita “gengsi” meminta pendapat orang lain lantaran malu dan menyangka hal ini bakal merendahkan derajat kita……karena yang irf pahami, meminta pandangan orang lain itu tidak akan merendahkan diri kita, malah sebaliknya. Juga dalam kita ber-istikharah juga jangan sampai kita “mendikte” Allah bahwa pekerjaan itu yang pasti kita dapatkan, dia yang bakal jadi jodohmu, atau hal yang kita mau harus jadi/terkabulkan…Kita jangan lupa bahwa yang kita minta adalah “yang terbaik” bagi dunia dan akhirat kita...


216. “… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.”

(QS: Al Baqarah : 216)


Dengan siapa kita bermusyawarah????

Akh/ukh, Tentunya Tidak dengan sembarang orang ….

Irf saranin dengan orang – orang ini :

1. Orang – orang yang paling mempengaruhi kehidupan kita selanjutnya atau yang paling dekat dengan kita (Ex : murabbi, keluarga, sahabat, dll)

2. Orang – orang yg punya kriteria :

a. suka memberi nasehat,

b. penyayang,

c. berpengalaman (wawasan luas),

d. agama dan ilmunya dapat dipercaya.

Oke, sesudah akh/ukh melakukan dua – duanya setidaknya keputusan bisa diambil,,,nah nah bagaimana biar lebih mantap lagi atau malah belum bisa mengambil keputusan???


“Hendaknya dia beristikharah lagi sampai terlihat jelas kebaikan baginya”


Kebaikan apa maksudnya nih?? “kebaikan” ini yaitu yang orientasinya kebaikan dunia – akhirat. Kita bisa gunakan petunjuk dari Al-Quran&Hadist (wajib nih!!?) dan ilmu – ilmu “kemanusiaan” seperti ilmu akhlak, mu’amalah, biologi, kedokteran (genetik, psikologi, psikiatri), dllllll….


Sesudah ada keputusan maka hal yang selanjutnya adalah:::

159. “….. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”


160. “Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.

(QS: Ali – Imran : 159 – 160)

Dr_nafri … Dari berbagai sumber…

CINTA ??? Siapa Yah???

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu, dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kepada-Mu, dengan kekuasaaan-Mu, dan aku memohon sebagian dari karunia-Mu yang agung.

Karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui, sedangkan aku tidak.

Dan engkaulah yang mengetahui bahwa hal ini baik bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta urusanku, maka tentukanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berilah aku keberkahan.

Dan jika engkau mengetahui bahwa hal itu buruk bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta urusanku, maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya, dan tentukanlah untukku kebaikan di mana saja dia berada, kemudian jadikan aku ridha kepadanya.